Tajdeed.id Kanal Tafsir Berkemajuan

Benarkah Uang adalah Sumber Kejahatan?

uang
Sumber: https://www.freepik.com

“Sedekah terbaik adalah yang dikeluarkan dalam keadaan cukup (kaya), dan tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah, dan mulailah dari keluargamu.” (HR Muslim)

Diakui atau tidak, uang telah menjadi semacam berhala bagi manusia modern. Mengapa disebut berhala? Karena manusia kini memandang uang secara berlebih-lebihan. Mereka rela menipu, merampas, bahkan membunuh demi uang. Mereka juga rela melanggar aturan-aturan agama karena telah dibuatkan oleh uang. Singkatnya, manusia terjerumus dalam perilaku memuja uang. Namun benarkah uang adalah sumber kejahatan?

Kaya itu Halal?

Orang sering salah menafsirkan Islam. Islam bukanlah agama yang melarang umatnya untuk menjadi kaya. Islam memang mengajarkan manusia untuk hidup zuhud, namun zuhud itu bukanlah lantas berarti hidup miskin tak punya apa-apa. Zuhud hendaknya diartikan sebagai meninggalkan perbuatan tak berafedah untuk akhirat. Zuhud tidaklah identik dengan melarat, tetapi kepuasan hati dengan apa yang diberikan Allah SWT dan zuhud adalah ketiadaan ikatan hati kepada kekayaan. Ada di genggaman namun tidak mengikat hati. Utsman bin Affan dan Abu Bakar as-Siddiq adalah konglomerat dan kaya raya. Beliau berdua termasuk sahabat Nabi SAW. Yang dijamin masuk surga dan beliau berdua sukses dalam bisnis dan menjadi saudagar kaya raya tetapi justru termasuk dalam golongan orang Zuhud.

Allah telah menyediakan aneka kenikmatan di bumi serta seisinya untuk digunakan manusia di jalan kebaikan. Lalu mengapa kita tidak memanfaatkannya? Islam tidak melarang umat muslim untuk mencari harta. Kita bahkan harus mencontoh Rasulullah dan para sahabatnya yang bekerja sungguh-sungguh untuk meraih keuntungan duniawi.

Bukanlah Nabi SAW pernah bersabda: “Sedekah terbaik adalah yang dikeluarkan dalam keadaan cukup (kaya), dan tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah, dan mulailah dari keluargamu.” (HR. Muslim)

Baca Juga  Macam-macam Lupa dalam Pandangan Al-Qur'an

Lebih lanjut Rasulullah saw juga berpesan, “Sesungguhnya jika engkau meninggalkan ahli warismu dalam keadaan kaya lebih baik dari pada engkau tinggalkan mereka msikin meminta-minta kepada orang.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)

Jangan Mencintai Harta Melebihi Allah

Islam memperboleh kita mencintai harta namun tidak boleh melebihi kecintaan kita pada Allah. Artinya, harta adalah sesuatu yang netral bukan tercela. Di tangan orang yang tahu menggunakannya, harta menjadi kekuatan yang besar untuk meraih akhirat. Sebaliknya, di tangan mereka yang tak berilmu, harta akan menjadi kekuatan yang besar pula untuk merusak. Harta akan membuat mereka lalai dalam mengingat Allah swt.

Derajat manusia bukanlah di ukur dari banyak sedikit harta yang dimilikinya. Cerajar manusia hanya ditentukan dari tingkat kedekatannya dengan  sang pencipta. Sebagai makhluk ciptaan-Nya, manusia yang mulia adalah mereka yang selalu memenuhi dirinya dengan rasa syukur dan berterimakasih kepada Allah SWT sang pemiliki hidup, atas semua yang telah dikaruniakan kepadanya. Sementara harta, tak lain hanyalah cobaan bagi manusia untuk menguji tingkat ketakwaan mereka. Allah SWT berfirman dalam Q.S at-Taghabuun: 15, “Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah lah pahala yang besar.”

Mencintai harta secara berlebihan, telah menjadi sifat dasar manusia. Allah mengigatkan,

Dan sesungguhnya dia (manusia) sangat bahkil karena cintaanya kepada harta.” (Q.S al Adiyat: 8)

Agar tak silau oleh kilau harta, manusia hendaklahnya menyadari bahwa kecintaan yang besar terhadap harta merupakan upaya syitan yang mencoba menjerumuskan kita jauh dari agama. Pada Q.S al-Baqarah ayat 268 tertulis, “Syaitan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir) sedang Allah menjadikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia.  Dan Allah maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.

Baca Juga  QS. Al-Hadid 20 : Hedonisme Antara Gengsi atau Fungsi?

Sebaik-Baiknya Harta

Kesimpulannya,  mencintai uang memang diperbolehkan namun tidak boleh dilakukan secara berlebihan, apalagi jika ternyata kecintaan kita itu melebihi kecintaan kepada Allah. Hal ini memang bukanlah suatu yang  mudah dilakukan. Dari Hadis riwayat Anas bin Malik R.A Ia berkata: Rasulullajh SAW bersabda: “Seandainya anak cucu Adam mempunyai dua lembah harta, tentu ia masih menginginkan yang ketiga. Padahal yang memenuhi perut anak cucu Adam hanyalah tanah. Dan Allah menerima taubat orang yang mau bertaubat.”

Uang bukanlah sumber kejahatan. Nafsu manusialah yang membuat uang terlihat begitu jahat. Oleh karena itu, dalam menyikapi kekayaan, kita dapat menauladani Rasulullah SAW, “Kekayaan bukanlah dengan banyaknya materi tetapi kekayaan adalah kekayaan jiwa.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)

Oleh karena itu, Rasulullah juga berpesan, “Sebaik-baik harta yang saleh adalah yang ada pada orang saleh.” Silakan memiliki uang dalam genggaman, namun jangan biarkan uang mengikat hati kita.

Editor: An-Najmi Fikri R

Peraih Award lomba menulis Kemenag Kabupaten Lamongan, Peraih juara lomba Hari Pers Nasional, dan kader IMM Lamongan.