Tajdeed.id Kanal Tafsir Berkemajuan

Taman Pendidikan Al-Quran (TPQ): Wadah Pembentukan Karakter Sejak Dini

TPQ
Gambar: radarmadura.jawapos.com

Orang tua mana yang tidak ingin anaknya memiliki akhlak dan karakter yang baik, memiliki sopan santun, dan bisa membaca Al–Qur’an sejak dini. Agar anak sebagai generasi penerus memiliki karakter yang baik, tentu sebagai orang tua harus mengupayakan agar pembentukkan karakter yang baik itu dapat tertanam dalam diri seorang anak tersebut. Dalam dunia pendidikan ada tiga pilar pendidikan yakni keluarga, masyarakat dan sekolah atau madrasah. Tiga pilar tersebut harus mampu berkolaborasi dengan baik agar nilai karakter dapat tertanam pada diri generesai penerus bangsa ini. Pendidikan menjadi kunci, agar anak memiliki basik karakter yang baik, selain pendidikan formal, pendidikan informal pun juga perlu diberikan pada para generasi penerus ini. Salah satu pendidikan informal tersebut ialah Lembaga Taman Pendidikan Al–Qur’an, yang sering kita kenal dengan TPQ atau TPA.

Lembaga ini hadir biasanya atas swadaya masyarakat dalam hal ini aktivis masjid atau musholla dilingkungan kita. Bergerak sesuai kultur dan kadang support aktivitas kegiatan juga dari swadaya masyarakat dalam hal ini jamaah masjid. Kadang dipandang sebelah mata juga oleh sebagian daripada masyarakat.

Namun keberadaan lembaga TPQ ini perlu menjadi perhatian kita, karena tidak dapat dipungkiri anak-anak disekeliling kita, atau bahkan diri kita dapat membaca Al-Fatihah dan Al-Qur’an juga karena bimbingan dari para assatidz dan assatidzah pada TPQ dilingkungan kita. Lembaga TPQ ini hadir seiring dengan tidak semua orang tua mampu mengajarkan baca tulis qur’an pada anaknya, terlebih adalah mengajari hal – hal yang berkaitan dengan agama.

Keresahan itulah yang kala itu dirasakan oleh KH. As’ad Humam, sang pencetus buku bahan ajar TPQ yang sering kita kenal dengan Buku Iqro’. Dari kegelisahan itulah pada tahun 1988 KH. As’ad Humam membentuk “AMM” Angkatan Muda Masjid dan Musholla dengan isi kegiatannya ialah pengajaran baca tulis Al-Qur’an dan kajian-kajian keagamaan. AMM inilah yang menjadi embrio lahirnya TPQ hingga saat ini. Dari situlah semangat TPQ selain memberantas buta baca tulis Al -Qur’an juga sebagai penyemaian nilai-nilai karakter pada generasi penerus bangsa ini.

Baca Juga  Membedakan Kebenaran Al-Qur'an dan Penafsiran Al-Qur'an

Pendidikan karakter yang ditanamkan pada santri-santri TPQ tentu merujuk pada ajaran Islam, seperti halnya dilatih untuk mengenal fiqih sholat, sejarah para umat terdahulu, aqidah dan akhlak, dan juga qur’an hadits. Dari pembelajaran inilah para santri itu sejak usia kanak-kanak sudah ditanamakan pondasi keagamaan. Sehingga diharapkan kedepannya pondasi itu dapat dibangun nilai-nilai penguatan keagamaan yang benar sesuai kaidah ajaran Islam dan juga bingkai toleransi antar umat beragama.

Kehadiran TPQ juga sebagai bentuk upaya membantu masyarakat kita agar tidak meninggalkan generasi yang lemah. Sebagaimana hal ini menjadi perintah Allah SWT bahwa kita dilarang keras meninggalkan generasi yang lemah dzuriyyatn dhi’afan. Hal itu tertuang dalam firmannya :

Dan hendaklah takut kepada Allah orang -orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak – anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” (Q.S. An -Nisa : 9)

Dari ayat inilah sudah semestinya menjadi peringatan bagi kita bahwa jangan sampai kita meninggalkan generasi yang lemah. Dalam hal ini ialah lemah ilmunya dan karakter ataupun akhlaknya. Karenanya orang tua harus membekali anak-anaknya dengan pendidikan, terutama adalah pendidikan terkait dengan agama sebagai pondasi awal untuk membentuk nilai karakternya. Jangan sampai karena akhlaknya runtuh, moralnya yang sirna, dan sikapnya yang jauh dari nilai – nilai Islam menjadikan awal kehancuran bagi generasi mendatang.

Rosulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Salam, telah memberikan motivasi pada kita, agar jangan sampai ummat Islam menjadi generasi yang lemah. Sebagaimana hal itu tertuang dalam haditsnya:

Mukmin yang kuat, lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada mukmin yang lemah. Sedang pada masing – masing ada kebaikannya, bersemangatlah untuk mencapai sesuatu yang bermanfaat bagimu, mohonlah pertolongan kepada Allah dan janganlah kamu merasa tidak berdaya…” ( H.R. Muslim no. 2664)

Baca Juga  Urgensi Membangun Persaudaraan di Tengah Keberagaman Bangsa Indonesia

Motivasi hadits ini sudah seharusnya menggugah semangat kita, untuk menjadi mukmin yang kuat ilmunya, kuat karakternya dan bagus akhlaknya. Serta juga menjadi motivasi agar jangan sampai kita meninggalkan generasi yang lemah, sebab generasi yang lemah terutama lemah moralitas dan hilang karakternya sudah barang tentu tidak disukai Allah SWT.

Fenomena rusaknya akhlak dan moralitas yang sering kita lihat saat ini pada generasi kita, menjadikan PR serius bagi kita untuk dapat merubahnya. Agar menjadi generasi yang bermoral baik. Tantangan semakin berat ketika pandemi COVID-19 ini melanda. Sehingga ada pembatasan – pemabatasan yang luar biasa utamanya dalam hal pendidikan. Sekolah tiada tatap muka, kegiatan TPQ pun dibatasi, ini menjadi tantangan sekaligus peluang bagi kita dalam menanamkan pendidikan karakter pada generasi bangsa ini.

Bahwa pendidikan di dalam Islam utamanya melalui lembaga TPQ tidak hanya sebatas memberikan pemahaman tentang teori dalam membaca Al-Qur’an. Tapi yang lebih esensi daripada itu menanamkan ajaran-ajaran Islam yang telah diajarkan oleh Rasululloh Shalallahu ‘Alaihi wa salam. Keteladanan Rosululloh Shalallahu ‘alaihi Wa Salam, tentang empat sifat yang ada pada diri beliau, menjadi harapan daripada hasil pendidikan di lembaga TPQ. Empat sifat itu terdiri dari sidiq, amanah, tabligh, dan fathonah.

Santri TPQ ditanamkan sejak awal agar menjadi pribadi yang siddiq atau jujur, kejujuran saat ini menjadi sesuatu yang sangat berharga dan mulia. Dengan kejujuran itu kelak ketika mereka selesai dari pendidikan TPQ diharapkan mampu menjadi orang yang berilmu namun memiliki kejujuran yang tinggi dimana pun berada.

Sebab saat ini banyak orang memiliki ilmu yang tinggi tapi karakter kejujurannya tidak ada. Maka ketika diberikan amanah, yang semestinya diharapkan umat, orang yang ilmunya tinggi ini dapat menjalankannya dengan baik tapi justru tidak dapat dipercaya. Maka setelah diajarkan bagaimana bersikap siddiq atau jujur ala Rosululloh, maka santri TPQ diajarkan bagaimana memegang Amanah dengan sebaik – baiknya.

Baca Juga  Bagaimana Cara Islam Mengajarkan Sikap Toleran?

Pengajaran itu dilakukan dengan menceritakan sejarah para sahabat, khususnya Khulafaur Rasyidin yang memiliki karakater jujur dan dapat dipercaya dalam memimpin umat kala itu. Para santri TPQ juga diajarkan bagaimana bersikap tabligh, menyampaikan atau mensyiarkan Islam, dan juga yang terakhir para santri didik untuk menjadi insan yang cerdas, dengan materi – materi pengetahuan keagamaan dan menstimulus pikiran mereka untuk membangkitkan rasa ingin tahu yang tinggi terhadap dunia Islam. Sehingga output yang diharapkan para santri TPQ ini menjadi generasi qur’ani yang cerdas dan berkarakter tinggi.

Penyunting: M. Bukhari Muslim

Ketua Umum Badan Koordinasi TKA – TPA Rayon Mergangsan Kota Yogyakarta/Anggota IMM Komisariat Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN SUKA/Anggota ICMI Kota Yogyakarta/Mahasiswa S2 FITK UIN Sunan Kalijaga