Tajdeed.id Kanal Tafsir Berkemajuan

Ramadhan Bulan Penentuan Literasi Masa Depan

Bani Isra'il

Tuhan menurunkan Al-Quran kepada hamba pilihan-Nya di bulan Ramadhan. Atas kehendak-Nya Al-Quran diturunkan berbahasa Arab kepada hamba pilihan berkebangsaan Arab.Alif Lam Ra.  Inilah ayat-ayat Kitab Al-Quran yang jelas. Kami menurunkan Quran berbahasa Arab, supaya kamu mengerti. (QS Yusuf/12:1-2)

Nabi Muhammad saw diutus kepada umat manusia berbekal Al-Quran sebagai rahmat bagi semua. Allah berfirman yang artinya: Kami utus engkau, Muhammad, semata-mata sebagai rahmat bagi alam semesta. (QS Al-Anbiya`/21:107). Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan Kitab Al-Quran kepada hamba-Nya dan tidak membuatnya berliku-liku. (QS Al-Kahfi/18:1)

Nabi Muhammad saw mendeklarasikan bahwa semua manusia adalah setara di hadapan Tuhan. Tidak ada keutamaan orang Arab atas orang non-Arab, kecuali dengan ketakwaan. Nabi Muhammad saw pun terpilih menjadi utusan-Nya bukan karena dia pandai membaca dan menulis, bahkan sebaliknya. Nabi Muhammad saw juga tidak pernah mengaji Kitab Suci kepada umat nabi-nabi terdahulu. 

Bukan ketepatan belaka bahwa ayat-ayat perdana Al-Quran adalah pesan pembelajaran, yakni perintah membaca dan membaca.

Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan. Menciptakan manusia dari segumpal darah beku yang menggantung. Bacalah, dan Tuhanmu Maha Pemurah. Yang mengajarkan kepada manusia menggunakan pena. Mengajar manusia apa yang tidak ia ketahui. (QS Al-‘Alaq/96:1-5).

Membaca sebagai Spirit Peradaban

Pada kelima ayat Al-Quran tersebut Allah swt mengulang perintah membaca dua kali, kata rabb dua kali, mencipta dua kali, dan kata mengajar beserta derivasinya tiga kali. Membaca adalah kunci peradaban manusia. Agar peradaban itu tumbuh dan berkembangan sesuai dengan garis-garis besar haluan-Nya, maka harus dilakukan dengan niat semata-mata karena Dia yang telah menciptakan.

Manusia juga harus percaya sepenuhnya bahwa dirinya dicptakan Allah swt dari sesuatu yang menggantung, walaupun untuk mengetahui dan membuktikannya dengan mata kepala sendiri ia butuh waktu lebih dari sepuluh abad lamanya. Membaca tidak cukup sekali saja. Dengan mengulang bacaan Tuhan berkenan melimpahkan tambahan pengetahuan dengan kemuliaan-Nya.

Baca Juga  Pandangan Hasbi Al-Shidiqie tentang Poligami dalam Q.S An-Nisa’[4]: 3

Tuhan mengajar manusia dengan pena apa yang belum ia ketahuinya. Semakin banyak membaca semakin banyak ilmu yang Dia limpahkan. Membaca apa saja, kapan saja, dan di mana saja ia berada. Menyediakan bahan bacaan menjadi gayung bersambut dengan perintah membaca. 

Membentuk Literasi Masa Depan dengan Al-Qur’an

Al-Quran diturunkan pada bulan Ramadhan. Perintah membaca adalah perintah pertama al-Qur’an diturunkan. Al-Qur’an berfungsi sebagai petunjuk, penjelas dan pembeda.

Pada bulan Ramadan itulah Al-Quran diturunkan, sebagai petunjuk bagi manusia, juga penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara hak dan batil). Siapa yang berada di tempat sendiri selama dalam bulan itu maka berpuasalah. Tetapi jika ada yang sakit atau sedang dalam perjalanan (dia tidak berpuasa), maka berpuasalah sebanyak hari yang ditinggalkan, pada hari-hari lain. Allah menghendaki yang mudah bagimu, dan tidak ingin mempersulit kamu. Ia menghendaki kamu mencukupkan jumlah bilangan serta mengagungkan Allah yang telah memberi petunjuk kepadamu, agar kamu bersyukur. (QS Al-Baqarah/2:185).

Allah swt mengubah perjalanan hidup Nabi panutan dengan Al-Quran. Kontras dengan kehidupan pribadi Nabi saw sebagai anak yatim, miskin, dan buta aksara, di kemudian hari menjadi manusia paling berpengaruh di dunia berkat Al-Quran.

M. Quraish Shihab dan penulis lain pernah mengisahkan tentang seseorang yang bercita-cita mengubah dunia.

  • Ketika muda belia aku berusaha mengubah dunia agar menjadi lebih baik.
  • Ternyata itu bukan perkara mudah.
  • Aku sederhanakan cita-cita untuk memperbaiki negeriku.
  • Usahaku pun tak kunjung membuahkan hasil.
  • Maka kupersempit cita-citaku dengan memperbaiki keadaan propinsiku.
  • Hal ini pun tak kunjung membuahkan hasil yang memuaskan.
  • Kubatasi lingkup usaha perbaikan pada kota di mana aku berada.
  • Ternyata usahaku tak cukup membuahkan hasil yang memuaskan pula.
  • Di usia lanjutku terpikir untuk fokus memperbaiki rumah tanggaku.
  • Bila rumah tanggaku baik, aku berharap tetangga-tetanggaku menjadi lebih baik.
  • Dan bila tetanggaku baik, aku berharap Rukun Tetanggaku juga menjadi lebih baik.
  • Seterusnya, RW, Kelurahan, dan Kecamatanku pun demikian pula.
  • Hingga negeriku menjadi baik seperti yang aku idam-idamkan.
  • Kini, di akhir hayatku, semua tinggal harapan. 
Baca Juga  Tanggung Jawab Pemimpin dalam Al-Quran

Kisah tersebut (dengan adaptasi) boleh jadi telah berusia berabad-abad. Namun demikian sampai juga kepada kita, karena diabadikan dalam tulisan. Mengapa kita tidak melakukan hal yang sama untuk mewariskan pengetahuan dan pengalaman berharga kita kepada generasi mendatang?

Menulis adalah respons positif, progresif, dan strategis atas perintah membaca dalam Al-Quran. Tuhan tidak menentukan apa yang mesti dibaca. Kita seyogianya menulis apa saja yang patut dibaca oleh siapa saja, sebagai alternatif di era banjir informasi yang tak terkendali, baik yang hak maupun batil, yang asli maupun palsu, yang persuasif maupun profokatif, yang mencerahkan maupun yang menjerumuskan, yang membahagiakan maupun yang menyedihkan.  

Menulis apa yang perlu.

Menulis apa yang kita mau.

Menulis apa yang kita tahu.

Editor: An-Najmi Fikri R