Tajdeed.id Kanal Tafsir Berkemajuan

Neurosains, Umat Islam dan Kebiasaan Susah Move On

Filsafat
Sumber: liputan6.com

Seharusnya, neurosains menjadi sebuah pembahasan yang menarik di kalangan pembelajar al-Quran dan hadis. Hanya saja kalangan pembelajar al-Quran dan hadis ilmu satu ini masih dianggap sebagai sesuatu yang tabu, atau justru malah menyalahi aturan dan menyalahi kondrat. Padahal jika dikaji lebih dalam, justru keduanya tidak saling bertentangan.

Umat Islam Harus Move On

Sayangnya, kita kerap dihadapkan dengan pembahasan yang monoton dan terkesan ‘itu-itu saja’. Sehingga tidak ada pebaruan dalam khazanah keilmuan. Padahal seharusnya, kita harus sudah mulai move on dari pembahasan monoton yang telah dijawab oleh para ulama kita. Ah, kita terlampau suka mengungkit dan membahas sesuatu yang telah diselesaikan. Dan tampaknya, karena itulah kita tertinggal jauh dari keilmuan Barat.

Apakah karena menyatakan hal ini saya justru dikatakan sebagai pemuja Barat? Ya tidak juga. Tapi, jika ada sesuatu yang baik di sana, mengapa tidak kita adopsi. Ketika para pemikir Barat telah sampai kepada penemuan-penemuan baru, seharusnya, kita sudah berada satu langkah di atas mereka. Malangnya, hal tersebut masih belum terjadi. Kita masih tertinggal jauh.

Bayangkan, dengan adanya ilmu neurosains ini, kini Israel sedang menciptakan sebuah chip. Mereka sedang berusaha mengembangkan, bagaimana caranya, seseorang bisa menghafal apapun dalam waktu singkat hanya dengan cara menyenterkan laser ke kepala orang tersebut. Tentu ini keren sekali. Bayangkan saja, jika seandainya teknologi ini tersebar, semua orang bisa menjadi hafidz Quran hanya dalam waktu maksimal sebulan saja. Bahkan, memori yang bisa diisi bukan hanya sekedar al-Quran, tapi juga bisa ditambah dengan hadis-hadis di maktabah syamila, dan kitab lainnya.

Ketika keilmuan Barat sudah membahas hal-hal yang rumit, kita masih berkutat pada permasalahan khilafiyah yang sebenarnya sudah tuntas. Apakah shalat shubuh harus menggunakan qunut atau tidak, apakah boleh mengenakan celana di bawah mata kaki, berapa sebenarnya jumlah shalat tarawih, dan lain sebagainya.

Baca Juga  Self-efficacy sebagai Pondasi Spirit Pemuda Era Kini

Jadi sebenarnya, di al-Quran juga sudah ada kok ilmu ini. Udah ya pemanasannya, kita bahas dulu  pengertian neurosainsnya dulu.

Apa Neurosains Itu?

Jadi, neurosains ini merupakan sebuah ilmu tentang otak dan memiliki beberapa cabang kajian. Dan merupakan ilmu baru yang eksotis banget buat didalami. Di Indonesia sendiri, dampak dari ilmu neurosains ini sudah mulai terlihat. Yakni dengan adanya sebuah alat yang bisa membantu orang struk untuk bergerak.

Misalnya, si A mengalami struk di kedua kakinya. Maka, agar kakinya bisa bergerak sebelah, diberikanlah sebuah alat. Dimana, ketika otaknya memerintahkan kaki tersebut untuk bergerak, maka kaki tersebut akan bergerak. Dan hal ini bisa dikembangkan dengan melalui ilmu ‘neurosains’.

Jadi, ilmu neurosains ini menjadi sebuah ilmu yang benar-benar sangat menantang di masa depan, dan telah menjanjikan sebuah proyek-proyek luar biasa.  Bahkan, di tahun 90 an, Amerika sudah melakukan sebuah riset. Hasilnya adalah, semua tata kelola di Amerika didasarkan pada hasil neurosains.

Neurosains Selaras dengan al-Quran

Melihat hal-hal tersebut, tentu jelas sekali bahwa ilmu ini sama sekali tidak bertentangan dengan al-Quran. Bahkan menguatkan kebenaran ayat-ayat al-Quran. Jika berdasarkan basis neurobiologis, maka di dalam al-Quran ada sebuah kata yang mengarah ke otak, yakni nasyah.

Di dalam Tafsir Salman, kata ‘nasyah’ yang ada di dalam Quran surah al-A’la ini berarti yang ada di balik ubun-ubun, yakni otak. Sementara berdasarkan basis naurofisiologis ataupun cara kerja otak, maka basisnya ada 49 kali disebutkan di dalam al-Quran. Misalnya adalah tadzakkarun, tafakkarun, ta’qilun, dan lain sebagainya.

Bahkan ternyata, jika dikaji lebih dalam, Ibn Sina, seorang dokter kelahiran Persia ini juga membagi akal manusia menjadi beberapa tingkat. Sementara al-Farabi, membuat hirarki akal. Hingga kini, perlahan namun pasti, beberapa perguruan tinggi sudah mulai memasukkan neurosains sebagai mata kuliah di beberapa prodi.

Baca Juga  Tafsir Sardar (1): Musik dan Kesadaran Etis

Dan seharusnya, pembahasan seputar neurosains yang merupakan ranah di bidang kedokteran ini bukan hanya dikhususkan bagi mahasiswa kedokteran, melainkan kepada semua orang. Hal ini agar setiap kita mulai menyadari betapa istimewanya otak yang telah dianugerahkan Allah kepada kita. Melalui ilmu ini, kita bisa memaksimalkan fungsi otak yang sebenarnya.

Penyunting: M. Bukhari Muslim