Tajdeed.id Kanal Tafsir Berkemajuan

Mengenal 3 Tokoh Orientalis dalam Kajian Al-Qur’an

Dewasa ini kajian terhadap Al-Qur’an berkembang begitu pesat. Hal ini dibuktikan dengan munculnya berbagai kajian terhadapnya. Perkembangan ini tidak hanya dilakukan oleh akademisi Muslim, juga para akademisi di Barat (Orientalis).

Hal ini dikarenakan Al-Qur’an adalah kitab suci yang diyakini bersumber dari wahyu Tuhan. Selain itu, Al-Qur’an juga mengandung begitu banyak misteri dan keajaiban yang membuat orang terpikat untuk selalu mengkajinya.

Kajian terhadap Al-Qur’an di Barat bermula dari sebuah proyek. Yaitu, penerjemahan teks-teks Arab ke bahasa latin oleh uskup besar Katolik, Don Roymundo (1125-1151) Kepala Biara Cluny di Perancis, Petrus Venerabilis (1094-1156). Awalnya, proyek ini banyak menuai kritik oleh kalangan Muslim, akan tetapi, setelah perjelanan waktu masalah ini mulai mereda.

Selanjutnya, dari proyek ini menghasilkan terjemahan Al-Qur’an pertama ke bahasa Latin oleh Robert dan Ketton, yang berjudul Liber Legis Saracenorum quem Alcoran Vocant. Selain penerjemahan Al-Qur’an, dalam perkembangannya, beberapa kajian Al-Qur’an juga dimulai dengan kajian terhadap sejarah Nabi Muhammad SAW.

Hal ini tidak bisa dipungkiri, karena memang pada dasarnya Al-Qur’an itu diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW untuk kemudian disampaikan pada umatnya. Tokoh pertama yang menggunakan pendekatan sejarah ini adalah Gustav Weil, dan dilanjutkan oleh tokoh-tokoh setelahnya.

Gustav Weil

Gustav Weil adalah seorang orientalis yang berasal dari Jerman. Lahir di Sulzburg, Grand Duchy of Baden, pada tanggal 25 April 1808. Pada tahun 1828 ia masuk ke Heidelberg University, ia mengabdikan dirinya untuk mempelajari filologi dan sejarah. Di samping itu, ia juga tertarik pada bidang bahasa Arab.

Dalam satu kesempatan ia berangkat ke Kairo dan dipilih sebagai instruktur bahasa Prancis di sekolah kedokteran Mesir Abu-Zabel. Ia memanfaatkan kesempatan itu untuk belajar kepada seorang filolog Arab. Seperti, Muhammad Ayyad al-Tantawi dan Ahmad al-Tunsi. Ia berada di Kairo sampai pada tahun 1835.

Baca Juga  Studi Orientalis atas Al-Qur’an: Tantangan atau Peluang?

Dalam perjalanan akademisnya, ia banyak dikritik karena dianggap menulis sejarah Nabi Muhammad SAW tidak didasarkan sumber-sumber terbaik. Selanjutnya, karyanya yang menyangkut kajian terhadap sejarah Nabi Muhammad adalah Mohammade der Prophet & sein Leben and seine Lehre (1843).

Gustav beranggapan bahwa sumber utama sejarah Nabi Muhammad SAW adalah Al-Qur’an. Kemudian, pada tahun (1844) ia mengeluarkan karyanya terkait Al-Qur’an dengan judul Historische Kritische Einleitung in der Koran (1844). Karya ini membahas kajian tentang susunan kronologis Al-Qur’an. Dalam karyanya ini, ia membuat periodesasi turunnya surat Al-Qur’an. Ia membaginya ke dalam empat bagian, yaitu periode Makkah awal, Makkah tengah, Makkah akhir dan periode Madinah.

Aloys Sprenger

Aloys Sprenger adalah seorang ilmuan yang berasal dari Austria, lebih tepatnya di Nassereith, sebuah desa kecil dekat Innsbruck di provinsi Tirol. Dia lahir pada tanggal 3 September 1813. Diceritakan dari beberapa sumber sekunder, Sprenger menyelesaikan pendidikan awalnya di desanya sendiri. Kemudian, ia melanjutkanya di Innsbruck College selama 6 tahun. Setelah itu pada tahun 1832 dia masuk ke Universitas Wina (Jerman).

Sejak kecil, ia sudah menaruh perhatian besar terhadap ilmu pengetahuan terlebih lagi pada bidang bahasa. Ia banyak menguasai bahasa, seperti bahasa Latin, Yunani, Inggris Prancis dan masih banyak lagi. Selanjutnya pada tahun 1843 ia dipercaya untuk menjadi kepada sekolah di ‎‎Delhi College.‎ Salah satu karyannya yang begitu populer di zamannya adalah Life of Mohammad (1851). Yang kemudian direvisi dan dikembangkan menjadi 3 jilid dengan judul Das Leben und die Lehre des Mohammad (1861).

Dikemukakan dalam sebuah jurnal, bahwa bahasan dalam 36 halaman pada jilid ketiga buku itu membahas mengenai curahan perhatiannya pada kajian Al-Qur’an. Khususnya yang berkaitan dengan perbedaan antara surat Makiyah dan Madaniyah, serta pengumpulan Al-Qur’an.

Baca Juga  Tafsir Al-Qur'an di Era Modern: Warisan Pemikiran Ignaz Goldziher

William Muir

William Muir juga adalah seorang Ilmuan yang berasal dari Inggris. Dia lahir pada tanggal 27 April 1819. Ia menempuh pendidikannya di beberapa tempat, ‎‎Kilmarnock Academy, ‎‎Universitas ‎‎Glasgow‎‎, ‎‎Edinburgh dan Haileybury College. Pada bidang akademi, William Muir  banyak berkontribusi dengan membuat karya-karya yang menarik.  Diantarnya adalah 2 karyanya yang berjudul  Life of Mahomet dan The Coran. Its Composition and Teaching; and the Testimony its Bears to the Holy Scriptures.

Kedua karya ini adalah murni kajian tentang Al-Qur’an, yang membahas kronologi pewahyuan Al-Qur’an kedalam enam periode. Periode pertama disebut oleh Muir sebagai surat-surat rapsodi (kegembiraan), periode kedua merupakan surat-surat yang membahas pembukaan tugas kenabian. Sementara periode ketiga permulaan tugas kenabian, kemudian periode hijrah ke Abisinia. Selanjutnya periode “duka cita”, dan yang terakhir periode setelah hijrah.

Terakhir, sebagai kesimpulan, dapat kita lihat bagaimana semangat para tokoh orientalis dalam mengembangkan ilmu pengetahuan, terutama kajian Al-Qur’an. Terlepas dari apakah kajian itu bersifat obyektif ataupun subyektif. Setidaknya kajian yang mereka lakukan dapat memberikan sumbangsi dalam peningkatan ilmu pengetahuan terlebih lagi dalam kajian terhadap Al-Qur’an di Barat.

Wallahu ‘alam bishawab

Penyunting: Ahmed Zaranggi Ar Ridho