Tajdeed.id Kanal Tafsir Berkemajuan

Gambaran Pemimpin Masa Depan

pemimpin
sumber: freepik.com

Dalam memahami hadis, kita tidak akan terlepas dengan ilmu-ilmu pendukung yang akan membantu kita dalam proses memahaminya. Banyak sekali elemen-elemen yang meski dikuasai selain bahasa Arab, salah satunya adalah ilmu Fiqh al-Hadis.

Fiqh al-Hadis juga biasa dinamai dengan Ma’an al-Hadis yang bertujuan untuk mendapatkan makna hadis yang sesungguhnya, tidak kaku memahaminya, dan mendapatkan pemahaman yang pasti sebagaimana yang dimaksud baginda Rasul.

Mengapa hal ini menjadi sangat penting? Jawabannya adalah karena kita tidak hidup sejaman dengan Rasulullah. Tentu jika kita mendapat kabar kini sudah tak bisa lagi bertanya langsung kepada beliau sebagaimana yang dilakukan para sahabat pada masa itu. Meski demikian, bukan hal yang tidak mungkin untuk kita bisa memahami hadis dengan baik dan benarkan? Salah satu hadis yang perlu dipahami adalah tentang kepemimpinan.

Kepemimpinan Masa Depan

15 abad yang lalu, Rasulullah sudah menjelaskan mengenai kepemimpinan masa depan, atau dapat dikatakan ramalan tentang kepemimpinan masa depan. Di berbagai hadis, Rasulullah sudah menjelaskan mengenai hal ini. Banyak hadis yang menyebutkan bahwa kelak umat ini akan dipimpin oleh seorang pemimpin yang tidak pandai mengurusi masalah rakyat, alias tidak kompeten di bidangnya.

Hal ini diistilahkan Rasulullah dengan kata “Ruwaibidhah”. Banyak sekali hadis-hadis lain yang menggambarkan tentang kepemimpinan masa depan, yang intinya menggambarkan kebobrokan kepemimpinan masa yang akan datang itu.

Kisah yang bisa kita lihat adalah kisah antara Rasulullah dan Abu Dzarr. Pada suatu hari, ketika akan diadakan pemilihan kepala Negara, Rasulullah mencari seseorang yang dirasa mampu untuk mengurusi umat. Lalu, datanglah Abu Dzarr, ia berkata kepada Rasulullah,

“Ya Rasulullah. Mengapa tidak engkau angkat saja aku menjadi pemimpin?” Tanya Abu Dzarr kepada Rasulullah. Kemudian Rasulullah menjawab,

Baca Juga  Urgensi Teologi Optimisme dalam Meraih Masa Depan

“اني اراك ضعيفا و وانها امانة…. “

(Ya Abu Dzarr. Sesungguhnya aku melihatmu lemah, dan ini adalah amanat yang nanti akan dimintai pertanggungjawaban ketika hari kiamat. Dia akan menjadi suatu kehinaan dan penyesalan bagi mereka. Kecuali bagi mereka yang mengembannya dengan benar dan melaksanakan apa yang sudah diamanatkan kepada mereka)

Begitulah Rasulullah menasehati Abu Dzarr yang merasa kuat untuk mengemban amanah. Dan ternyata Rasulullah tahu, bahwa ia adalah orang yang lemah.

Dari kisah sederhana tersebut, dapat dilihat bahwa substansi dari kepemimpinan adalah mampu memberikan kemaslahatan bagi dirinya dan bagi masyarakat. (Limashalihi al-‘Ibad, dan limashalihi al-‘Aammah). Sehingga tidak heran, karena rasa takut kepada Allah, para pemimpin terdahulu sering mengatakan kepada rakyatnya,

“Wahai rakyatku, ketika kalian menemukanku di dalam kebenaran, maka kuatkan dan dukung Aku. Namun ketika kalian mendapatiku tidak pada jalan kebenaran, maka tegur Aku,” termasuk di dalamnya ulama-ulama hadis yang terkemuka.

Setiap Orang itu Pemimpin

Secara sederhana, kepemimpinan yang akan datang sudah digambarkan oleh Rasulullah di dalam hadis-hadisnya. Tinggal apakah kita mampu menelaahnya atau tidak, serta mempercayainya atau tidak. Bahkan kita tahu, bahwa yang akan dimintai pertanggungjawaban kelak bukan hanya mereka yang memimpin banyak rakyatnya, melainkan tiap individu juga akan dimintai pertanggungjawaban. Karena setiap orang merupakan pemimpin bagi dirinya sendiri.

Demikianlah kondisi para pemimpin Muslim terdahulu yang memiliki rasa takut kepada Tuhannya jika tidak mengemban amanah dengan benar. Rasa takut dan penuh tanggungjawab tersebutlah yang membuat mereka kuat menghadapi badai, rintangan, cobaan, hingga fitnah. Mereka juga percaya, bahwa kepemimpinan hanya titipan yang kelak akan hilang dan tak kekal.

Sebuah catatan kuliah di mata pelajaran Mukhtalif Hadis.

Editor: Ananul NH

Baca Juga  Dekadensi Etika Pejabat Publik dalam Pandangan Tafsir Al-Qur’an